![](https://daulat.co/wp-content/uploads/2023/01/IMG-20230103-WA0029.jpg)
daulat.co – Dalam rangka memantau perkembangan gizi bayi bawah dua tahun (Baduta) dan bawah lima tahun (balita) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah membuat terobosan berupa aplikasi “Gelang Anting” (Gerakan Penanggulangan Anak Stunting).
Selain memantau perkembangan gizi juga sebagai upaya pencegahan Stunting di Kabupaten Pemalang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang Yulies Nuraya melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Wiji Mulyati menyampaikan, layanan berbasis digital berupa aplikasi tersebut merupakan inovasi dari Puskesmas Losari, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang.
“Tujuannya untuk memantau tumbuh kembang gizi bayi, Baduta, balita. Sehingga ibu atau orang tua dapat mengetahui perkembangan si anak,” kata Wiji kepada daulat.co, Selasa 3 Januari 2023.
Wiji menyebut, dengan adanya aplikasi Gelang Anting dapat mempermudah kerja bidan desa dan kader kesehatan desa se-Kabupaten Pemalang dalam memantau gizi anak. Sehingga dapat mencegah dan menekan angka stunting di Kabupaten Pemalang.
Wiji menegaskan, agar semua Puskesmas, bidan desa, serta kader posyandu dapat menggunakan aplikasi tersebut serta mensosialisasikan kepada masyarakat.
“Saya dukung penuh aplikasi Gelang Anting ini, karena bisa mempermudah para petugas untuk memberikan edukasi sederhana. Jadi mereka juga menjadi lebih percaya diri. Bukan kader kesehatan saja, tapi para petugas gizi dan kepala Puskesmas wajib untuk mensosialisasikan,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Pukesmas Losari dr. Ramadhan berharap aplikasi “Gelang Anting” yang digagas pihaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan Puskesmas di Kabupaten Pemalang.
“Yang terpenting adalah nilai kemanfaatannya, dapat membantu masyarakat dalam memantau gizi anaknya,” kata dr. Ramadhan di ruang kerjanya.
Dirinya mengaku, bahwa aplikasi Gelang Anting telah digunakan oleh Puskesmas lain di Luar Kabupaten Pemalang, bahkan di luar Provinsi Jawa Tengah.
Selain Jawa Tengah dr. Ramadhan menyebut, jika aplikasi tersebut telah digunakan di berbagai wilayah seperti; Riau, Bengkulu, Yogyakarta, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan.
“Kemudian Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara,” pungkasnya.
Sementara, pencetus aplikasi Gelang Anting yang merupakan ahli gizi di Puskesmas Losari Diyah Retnowati menyampaikan, inovasi pembuatan aplikasi Gelang Anting karena keresahan yang di alami dirinya bersama tim gizi di Puskesmas Losari saat menghadapi masyarakat untuk mengetahui kondisi gizi anaknya tiap setelah penimbangan di Posyandu.
“Berawal dari keresahan, kemudian kami berinovasi agar masyarakat langsung mengetahui saat cek kondisi gizi secara langsung, dan Gelang Anting lah sebagai solusi,” kata Diyah Retnowati di ruang kerjanya.
Diyah mengatakan, Aplikasi Gelang Anting dirancang secara sederhana, tujuannya untuk mempermudah pengguna dalam mengetahui status gizi melalui handphone. Untuk mengaksesnya, pengguna dapat masuk melalui google dengan ketik www.gelanganting.com
“Kelebihan aplikasi ini tidak usah download di play store yang akan memenuhi memori. Pengguna dapat memasukan beberapa data bayi untuk di cek status gizinya,” katanya.
Diyah menjelaskan, aplikasi yang telah launching pada tahun 2020 tersebut memiliki 2 versi, versi pertama yaitu hanya untuk mengetahui status gizi anak, versi ini datanya tidak tersimpan dan diketahui secara berkala.
Kemudian versi yang 2 ialah dimana data pengguna (bayi) dapat tersimpan, dengan tujuan mempermudah orang tua mengetahui kondisi gizi anak tiap bulannya, apakah ada perkembangan atau tidak atau menurun.
“Versi pertama cukup lakukan data anak yang akan di cek gizinya, sedangkan versi kedua harus daftar dulu melalui akun google pengguna. Ini gratis,” jelasnya.
Dirinya berharap, aplikasi Gelang Anting dapat berguna bagi pengguna baik ibu, ahli gizi, petugas kesehatan dalam hal ini Puskesmas maupun kader posyandu.
“Ini salah satu bentuk layanan kami untuk masyarakat. Harapannya dengan diketahui perkembangan gizi melalui aplikasi, penanganan terhadap anak stunting segera teratasi. Kita lebih mudah memantau dan melakukan intervensi,” pungkasnya.
(Rizqon Arifiyandi)