![Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengenakan kepala barongsai - ist](https://daulat.co/wp-content/uploads/2021/03/images-16.jpeg)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengenakan kepala barongsai – ist
daulat.co – PDI Perjuangan tidak mengundang Ganjar Pranowo dalam pertemuan partai yang dihadiri Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, di Semarang, Propinsi Jawa Tengah, Sabtu 22 Mei 2021.
Menurut Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDIP yang juga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, Ganjar tidak diundang karena sudah kelewatan atau kebablasan. Ganjar dinilai terlalu berambisi maju nyapres sehingga meninggalkan norma kepartaian.
Ganjar dinilai mendahului pimpinannya (Megawati) dalam hal pencapresannya. Padahal Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri belum ada penugasan. Sebagai bawahan, Ganjar dinilai sudah abai dengan norma kesopanan. Padahal seorang pemimpin harus mengedepankan hal itu.
“Ganjar juga dinilai terlalu ambisius. Padahal dalam budaya Jawa, seorang calon pemimpin atau pemimpin tidak baik mempertontonkan ambisinya. Pemimpin seperti ini dinilai tidak baik,” tegas Jamiluddin Ritonga,
Pengamat Komunikai Politik Universitas Esa Unggul dalam keterangannya, Senin 24 Mei 2021.
Menurutnya, dalam peribahasa Jawa ada ungkapan rame ing gawe dan sepi ing pamrih. Maknanya, dalam setiap kegiatan atau aktivitas tidak pamrih. Bekerjalah seperti air mengalir, tanpa mengharapkan pujian.
“Kalau bekerja dengan hasil baik, dengan sendirinya akan mendapat pujian atau apresiasi. Karena itu, bekerjalah tanpa pencitraan,” ucap Jamiluddin.
Disebutkan dia, apa yang muncul di permukaan mengenai Ganjar Pranowo membuat sebagian petinggi DPP PDIP tidak menyukai sikap dan perilakunya. Sebab Ganjar dinilai hanya ingin menonjolkan dirinya sendiri.
Di sisi lain, PDIP tampaknya sudah menyiapkan Puan Maharani untuk capres 2024. Bila Ganjar terus bergerak menyiapkan diri untuk nyapres, dikhawatirkan elektabilitasnya makin moncer dan ini akan makin sulit dibendung.
“Kelihatannya, PDIP belajar pada kasus Megawati yang akan akan nyapres pada 2014. Mega akhirnya terpaksa menyerahkan ke Jokowi karena elektabilitasnya kalah jauh,” sebut Jamiluddin.
Dalam penilainnya, gejala yang sama juga bisa terjadi bila Ganjar tidak dibendung jauh-jauh hari. Elektabilitas Puan akan tercecer jauh dengan Ganjar. Kalau ini terjadi, Puan akan mengalami nasib yang sama dengan ibunya.
“Mega tentu tidak ingin kasus yang sama terjadi pada anak tercintanya. Segala cara akan dilakukan untuk membendung Ganjar, termasuk dengan tidak mengundangnya pada acara di Semarang,” pungkasnya.
(Sumitro)