11 May 2024, 09:42

Soal Pajak Sawit, Anggota Komisi XI Dorong Penguatan Peran BPKP Audit Kerja Pemerintah

daulat.co – Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati menanggapi soal Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang sempat mempersoalkan tidak sinkronnya data mengenai sawit, khususnya industri sawit dan turunannya. Hal ini kemudian kembali mendapat sorotan setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan masih banyak perusahaan sawit yang tak membayar pajak.

Anis Byarwati menilai hal itu justru menaruh perhatian terhadap peran BPKP dalam melakukan audit. Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI ini mengingatkan bahwa pemerintah telah memiliki BPKP sebagai auditor internal, dan sudah seharusnya temuan-temuan seperti yang dipersoalkan dapat ditangani secara dini.

“Ya ini kan berarti menyangkut berbagai pihak karena pemerintah kan sebenarnya punya auditor internal. BPKP itu adalah auditor internal pemerintah. Jadi, mestinya memang BPKP yang harus turun untuk bisa mengaudit semua. Jadi, kalau ada temuan-temuan seperti itu, BPKP yang memang harus turun terlebih dahulu,” ujar Anis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/2022).

Politisi Fraksi PKS ini kemudian membandingkan kerja Badan pemeriksa Keuangan (BPK) yang berperan sebagai auditor eksternal. Ia berharap BPKP sebagai unsur internal pemerintah dapat menunjukan kinerjanya sehingga tidak timbul temuan-temuan seperti yang sering dipersoalkan.

“Nanti auditor eksternalnya BPK, tapi saya sering ketika rapat, kita jajarkan antara BPK dengan BPKP, jadi BPKP itu unsur internal Pemerintah. Jadi, dia (BPKP) yang harusnya melakukan audit lebih dulu. Karena kalau sudah begitu (ada temuan) nantinya yang akan tersudut BPKP-nya gitulah BPKP itu apa yang diaudit kok masih ketemu yang kayak gitu,” ujarnya.

Mengakhiri pernyataannya, legislator Dapil DKI Jakarta I ini mendorong BPKP untuk lebih masif melakukan tugasnya. Bahkan, ia mendukung BPKP untuk melakukan pengejaran apabila ada data yang tak sesuai dan berpotensi merugikan negara.

“Saya dorong BPKP untuk lebih masif lagi, lebih teliti lagi dan kejar kalau perlu kalau memang datanya itu sesuai datanya. Itu menunjukkan bahwa itu memang benar kejar itu. Jangan sampai merugikan negara,” tutupnya.

(Abdurrohman)

Read Previous

Korupsi Bansos Beras, Eks Dirut TransJakarta dan 5 Pihak Lain Dicegah ke Luar Negeri

Read Next

IMCAA Sambut Baik Pendirian Pusat Informasi Pekerja Migran di Pemalang