20 May 2024, 05:07

Haedar Alwi Bicara Paham Radikalisme di Indonesia

daulat.co – Penggiat Anti Radikalisme Haidar Alwi mengatakan bahwa radikalisme mulai tumbuh subur di Indonesia sejak tahun 1981. Tumbuhnya radikalisme di Indonesia ditandai dengan menganggap golongan tertentu lebih baik dan menganggap golongan lain tidak baik sehingga harus diperangi.

“Sikap-sikap seperti ini yang berpotensi menghancurkan kebangsaan kita, berpotensi menghancurkan Indonesia,” tegas Haidar Alwi dalam Ngopi PAS Jurnalis Merah Putih yang mengangkat tema “Menolak Lengah, Siluman Teroris Nyata” di bilangan Jakarta Selatan, Kamis 14 November 2019.

Ia mengungkapkan, kondisi pada awal tahun 1981 ini seperti kondisi pada masa khalifah keempat yaitu Khalifah Ali bjn Abi Thalib. Ibnu Muljam yang disebutnya sebagai sosok seorang muslim taat, ahli ibadah bahkan rutin melakukan puasa dan sholat malam. Namun, karena pemahaman agamanya kurang, Ibnu Muljam melakukan tindakan yang radikal.

“Abdurrahman bin ‘Amr bin Muljam al-Muradi atau Ibnu Muljam ini, dia merasa paling benar beragama, dia merasa paling diterima oleh Tuhan,” ucap Haedar.

Di Indonesia, lanjut dia, berkembangnya paham radikal ini diawali dengan sikap intoleran terhadap adanya perbedaan. Dari sikap yang tidak menerima adanya perbedaan itu kemudian memunculkan sikap permusuhan dan pada gilirannya menjadi radikal. Realisasinya kemudian dilanjutkan dengan tindakan nyata atau disebut dengan tindak terorisme (teroris).

“Mereka menganggap orang yang tidak sepaham dengan golongannya adalah kafir, mereka menganggap golongannya yang paling benar,” ucapnya.

Atas kegelisahan itu pula, Haedar Alwi merasa terpanggil untuk bersama-sama mencegah meluasnya paham radikal dengan membentuk Presidium Masyarakat Adat Nusantara. Ia berikhtiar membentuk wadah tersebut dan diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

“Presidium Masyarakat Adat Nusantara ini tujuannya bagaimana menangkal paham-paham radikal berkembang di masyarakat,” terangnya.

Ngopi PAS Jurnalis Merah Putih yang mengangkat tema “Menolak Lengah, Siluman Teroris Nyata” sendiri diselenggarakan dengan menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Haedar Alwi, Pakar Intelijen Soleman Ponto dan Ketua Presidium Forum Alumni Pelajar Islam Indonesia (FA-PII) Fami Fachrudin. Dan, bertindak sebagai moderator M Sahlan.

(Sumitro)

Read Previous

Suap Proyek BHS, Rini Soemarno Disebut Minta Sinergi

Read Next

Jokowi Nilai Ahok Miliki Peluang Memimpin BUMN