
ist
daulat.co – Pemudik asal Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, berdasarkan Monitoring Data Pemudik Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19, paling kecil prosentasenya dibandingkan 13 kecamatan lain yang ada Kabupaten Pemalang.
Seperti halnya pekan-pekan sebelumnya, update terakhir per 20 April 2020 pukul 11.50 WIB, sebagaimana dilansir Tim Gugus pada laman https://infocorona.pemalangkab.go.id/, jumlah pemudik asal Kecamatan Comal paling sedikit dengan 1.987 orang atau 2,4 persen.
Adapun jumlah pemudik paling besar atau paling banyak masih ‘dipegang’ Kecamatan Belik dengan jumlah mencapai 6.549 orang atau 11,2 persen.

Pertanyaan sederhana kemudian muncul, kenapa Comal dengan jumlah pemudik paling sedikit namun jumlah warga yang terpapar virus corona paling tinggi bersama Kecamatan Taman?
Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 memang tidak menjelaskan sebaran Orang Dalam Pantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Hal ini dilakukan untuk menjaga kondusifitas warga Pemalang sekaligus mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun untuk kasus meninggal pasien corona (PDP), data yang dihimpun daulat.co dari Tim Gugus, didominasi dari Kecamatan Comal dan Kecamatan Taman. Berikut datanya;
- 13 April, laki-laki usia 61 tahun asal Comal.
- 13 April, laki-laki usia 44 tahun asal Taman.
- 17 April, laki-laki usia 79 tahun asal Taman.
- 19 April, bayi berusia 9 bulan asal Taman.
- 19 April, perempuan usia 46 tahun asal Comal.
Masih ada satu pasien lain yang sebenarnya meninggal dan dimakamkan di Pemalang. Tepatnya di Kecamatan Ulujami, dimana setelah menjalani perawatan di RSUD Kraton Pekalongan, pasien meninggal pada 29 Maret 2020 lalu.
Kasus di Ulujami ini menjadi yang pertama di Kabupaten Pemalang. Namun karena identitas pasien berusia 73 tahun itu dari Jakarta, meski saat ke Ulujami menjenguk saudaranya, Tim Gugus tidak memasukkan dalam daftar pasien meninggal asal Pemalang.
Awal bulan ini, Ketua Tim Gugus Tugas Penanggilangan Covid-19 yang juga Kabupaten Pemalang, H Junaedi, sebenarnya sudah menyinggung mengenai besaran potensi penyebaran virus corona di Pemalang. Bukan melalui pemudik, namun aktifitas warga Pemalang sendiri.
“Pemudik tidak signifikan, justru orang Pemalang yang perlu keluar kota dan berkeliling ke kota lain yang (kategori) zona merah. Apakah itu ke Bekasi, Jakarta, Solo, itu yang harus menjadi perhatian,” kata dia, 1 April 2020.

Bupati menyebut, Tim Gugus memberikan perhatian lebih pada warga pemalang yang aktifitasnya mengharuskan keluar daerah lain yang masuk dalam kategori zona merah. Sebagai jalan tengah, sekaligus tindaklanjut dari instruksi Pemerintah Pusat, Bupati Pemalang mengimbau warganya tetap tinggal dirumah mengisolasi diri.
Sementara untuk dampak sosial, Pemkab Pemalang sudah memikirkannya. Belakangan diketahui untuk bantuan pangan warga di beberapa desa sudah disalurkan.
Kekhawatiran Bupati Pemalang H Junaedi kini terjadi. Pemalang oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sejak 5 April 2020 ditetapkan sebagai zona merah untuk penanganan virus corona. Pemalang bukan satu-satunya. Ada juga beberapa daerah lain di Jateng yang status ditetapkan sebagai zona merah.
Bagaimana dengan kemungkinan dilakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)? Pemkab Pemalang tengah melakukan kajian dan berkoordinasi dengan Pemprop Jateng. Salah satu alternatif yang mengemuka dari masukan stakeholder adalah pemberlakuan jam malam.
Selain itu, mengemuka juga dalam kajian agar tim gugus yang ada di desa diintensifkan kinerjanya. Yakni dengan melibatkan seluruh RT/RW yang ada.
“Perintah Bapak Bupati, Posko untuk melakukan kajian terkait dengan kemungkinan melakukan treatment dalam rangka kita memassifkan pencegahan virus. Keputusannya nanti setelah dikaji,” demikian Jubir Tim Gugus Tugas Tetuko Raharjo kepada daulat.co.
(Sumitro)