20 May 2024, 00:51

Anggota Komisi VI Soroti Nasib 3,2 Juta Dosis Vaksin Gotong Royong

daulat.co – Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade menyoroti soal nasib 3,2 juta dosis vaksin gotong royong yang bernilai kurang lebih sekitar Rp400 miliar dikelola oleh PT Bio Farma (Persero).

Sementara di waktu bersamaan, lanjut Andre, Bio Farma resmi mempunyai vaksin produksi sendiri bersama IndoVac. Sampai 2023, vaksin buatan dalam negeri tersebut direncanakan diproduksi 20 juta dosis.

“Sejak awal tahun lalu saya mengingatkan soal stok vaksin Gotong Royong sebanyak 3,2 juta dosis yang sampai hari ini baru terpakai 300 ribu, jadi masih ada stok 3,2 juta yang tadi saya tanya nilainya sekitar Rp400 miliar,” kata Andre baru-baru ini dalam Rapat Dengar Pendapat dengan PT Bio Farma di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.

Politisi F-Gerindra itu mengingatkan bahwa 3,2 juta dosis vaksin gotong royong dan target produksi 20 juta dosis vaksin IndoVac ini akan mubazir seiring melandainya kasus Covid-19. Terlebih lagi, langkah pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan pandemi menuju endemi. Menurut Andre, stok vaksin gotong royong yang banyak dan berujung expired ini akan menjadi temuan BPK, karena dianggap merugikan keuangan negara.

“Ini pasti tahun 2023 barang jadi expired, tidak terpakai. Pasti jadi temuan BPK dan akan jadi kerugian negara,” ungkapnya. Karena itu, Andre mengusulkan ada rapat gabungan Komisi VI, Komisi IX, dan Komisi III dengan mengundang PT Bio Farma, Kemenkes RI, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membahas sisa vaksin Gotong Royong Sinopharm sejumlah 3,2 juta dosis yang akan expired tahun 2023 mendatang.

Sebagai informasi, PT Bio Farma (Persero) resmi mempunyai vaksin produksi sendiri bernama IndoVac yang resmi dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk booster kedua di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/11). Sampai 2023, vaksin buatan dalam negeri tersebut direncanakan diproduksi 20 juta dosis. “Kami target untuk produksi 20 juta dosis (IndoVac) sampai tahun depan,” kata Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM Bio Farma I.G.N Suharta Wijaya.


Vaksin IndoVac dikembangkan Bio Farma yang bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS). Vaksin itu sudah mendapat Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM, fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan sertifikasi halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal.

Read Previous

Kepada BPN, Komisi II: Ukur Ulang Masalah HGU di Provinsi Riau

Read Next

Pembicaraan Terintegrasi Soal Pertanahan Diperlukan Untuk Cegah Rakyat Jadi Korban