29 March 2024, 07:08

Semangat Islam Indonesia Alami Peningkatan Yang Luar Biasa

Haedar Nashir

Haedar Nashir

daulat.co – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa semangat ber-Islam di Indonesia mengalami peningkatan yang luar biasa. Namun semangat tersebut tidak cukup hanya diimplementasikan dengan simbol semata, melainkan harus dibarengi dengan upaya keberdayaan umat muslim. Karena dalam mencapai kesentosaan akhirat tidak boleh diupayakan dengan menegasikan keduniaan.

Hal tersebut disampaikan Haedar Nashir dalam acara Tabligh Akbar Milad ke-107 Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammaadiyah (PDM) Lamongan di Alun-alun Kabupaten Lamongan, Minggu (15/12).

“Begitu juga gerakan ber-Islam kita, yang saat ini ada semangat mengekspor keberislaman yang rahmatan lil alamin ketingkatan dunia. Itu suatu semangat yang sangat bagus, tetapi pertanyaanya adalah apakah kita muslim di Indonesia sudah diatas rata-rata dari muslim di seluruh dunia? Baik dalam hal aqidah, ibadah, akhlak yang sifatnya aktual bukan yang sifatnya normatif,” tutur Haedar.

Guru Besar bidang Sosiologi ini menjelaskan terkait aktualisasi akhlak. Menurutnya akhlak merupakan sikap yang didalamnya melebur sidiq, tabligh, fatonah, dan amanah. Sehingga sebagai bukti nyata dari aktualisasi akhlak muslim tersebut salah satunya dengan semakin turunya indeks korupsi yang terjadi di negeri yang mayoritas muslim.

Aktualisasi akhlak muslim disisi lain juga berdampak pada semakin baiknya perekonomian umat Islam. Sebagai mayoritas di Indonesia, umat Islam saat ini masih tergolong menjadi minoritas yang mampu menguasai atau bersaing di medan percaturan ekonomi. Terkait daya saing sebagai barometer keberhasilan Ilmu Pengetahuan dan Teknonologi (IPTEK), Indonesia juga masihrendah jika dibandingkan negara-negara lainnya.

“Maka kita harus bersama memperbaiki dan memperkuat Islam di dalam negeri terlebih dahulu, karena tidak mungkin kita mengekspor Islam rahmatan lil alamin jika umat muslim saja masih belum mampu bersaing di dalam negeri,” ucap Haedar.

Dalam pandangan Muhammadiyah, usaha untuk mencapai cita-cita besar tersebut dirintis melalui gerakan Islam yang tidak hanya menggelorakan ibadah maghdoh, tetapi Islam juga sebagai dinnul hadharah (agama yang membangun peradaban). Melalui jejak langkah yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 107 tahun yang lalu.

“Meluruskan arah kiblat yang dilakukannya saat itu bukan urusan sederhana. Karena bukan hanya dimensi urusan syariáh, tapi juga menggunakan ilmu falak agar tepat mengarah ke Ka’bah. Dimensi syariát dengan ilmu pengetahuan digabungkan, itu ciri dari dinnul hadharah,” tutur Haedar.

Gerakan yang awalnya ditolak, kini setelah seabad gerakan yang dicetuskan melalui pemikiran KH. Ahmad Dahlan tersebut mampu diterima dalam pandangan umum. Termasuk dalam urusan pendidikan, Kiai Dahlan melakukan pembaharuan dengan mensistensikan antara pendidikan ála pesantren dan pendidikan umum, lalu muncul pendidikan Islam modern.

Jejak langkah yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan mampu menjadi inspirasi bagi gerakkan lain, sampai pada tertuang dalam Priambul UUD ’45 yang disebut sebagai usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga Muhammadiyah melalui gerakan pendidikan mampu melahirkan generasi muslim terpelajar, sebagai manifestasi ulumul albab.

Sedangkan, menurut Haedar langkah yang sebagai jalan menuju tercapainya Islam sebagai dinnul hadharah antara lain dengan cara menjadikan Islam sebagai agama pencerah kehidupan. Yaitu nilai-nilai ibadah yang melahirkan kesalehan individual yang kemudian mengerakkan kesalehan sosial.

Agama sebagai sumber kontrol atau nilai, merupakan aktualisasi dari nilai kesalehan yang dimanifestasikan kedalam kehidupan sosial. Sehingga tanpa perlu untuk mengaku sebagai yang paling sholeh, tapi cukup berlaku sebagai insan yang darinya tercermin kesalehan yang mampu mengerakkan kesalehan lain secara kolektif.

“Jangan terlalu yakin dan menganggap yang lain salah semua. Bahkan disaat benar dan orang lain salah, disaat itu lah kita harus mampu menunjukkan cara menuntun dengan kesabaran dan kasih sayang. Sehingga jangan merasa diri semuci,” terangnya.

Islam sebagai agama yang mencerahkan harus menggerakkan semangat berilmu. Dimana ilmu tersebut memberikan manfaat kepada orang banyak. Karena saat ini banyak terjadi kamuflase manusia dalam berilmu. Sehingga ilmu yang didapatkannya tidak mampu mencerahkan hati si empunya, dan terlebih tidak mampu mencerahkan hati orang lain.

Maka sejak awal keberadaanya, Islam merupakan agama yang mampu melahirkan kekuatan fikir melalui budaya membaca. Sesuai tema milad tahun 2019 “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, Muhammadiyah ingin kembali menggelorakan semangat Iqra’di kalangan umat Islam. Semangat membaca yang ditularkan oleh Muhammadiyah merupakan cara memajukan umat Islam secara keselurhan, bukan kemajuan secara parsial kegolongan.

“Muhammadiyah dan NU, sebagai gerakan yang lahir sebelum adanya republik ini dan gerakkan Islam lainnya harus menjadi pelopor dalam gerakan ukhuwah yang bersifat otentik. Mulai mengerakkan yang awalnya hanya tasamuh bergser kearah taáwuun, supaya ukhuwah semakin berkualitas,” tambahnya.

Kedepan, umat Islam bukan lagi berfikir soal jumlah, tapi juga soal kualitas yang menghadirkan pusat-pusat keunggulan (Center of Excellence)Karena sebagai ciri umat yang maju adalah jejak yang ditinggalkan berupa pusat keunggulan. “Maka Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang didirikan bukan hanya sekadar aja, tapi harus dibarengi dengan kualitas,” pungkasnya.

Read Previous

Menpora Hadiri Rapat Pimpinan Nasional KAHMI

Read Next

Mendagri Minta PPP Rangkul Lapisan Masyarakat